Anggota NATO Menolak Beri Bantuan Militer ke Ukraina, Amerika Coba Berikan Tekanan ke China

- 20 Maret 2022, 09:19 WIB
Seorang pengunjuk rasa dengan posternya selama demonstrasi untuk perdamaian, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di Bern, Swiss 19 Maret 2022.
Seorang pengunjuk rasa dengan posternya selama demonstrasi untuk perdamaian, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, di Bern, Swiss 19 Maret 2022. /REUTERS/Arnd Wiegmann

JURNAL PALOPO - Bulgaria, salah satu negara anggota NATO menolak mengirim bantuan militer ke Ukraina. 

Perdana Menteri Bulgaria, Kiril Petkov mengatakan ini saat Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin berkunjung ke negara tersebut. 

Meski begitu, Bulgaria tetap akan memberikan bantuan kemanusiaan kepada korban terdampak konflik.

Baca Juga: Warnai Laga Persib Kontra Persebaya dengan Kartu Merah, Begini Ungkapan Hati Ardi Idrus pada Bobotoh

"Bulgaria akan terus melakukan segala yang mungkin untuk membantu Ukraina dalam perang keras ini dan agresi besar yang dilakukan Federasi Rusia pada mereka," katanya dikutip JURNAL PALOPO dari Euronews.

“Tetapi karena begitu dekat dengan konflik, saat ini, bantuan militer untuk Ukraina tidak akan mungkin.”

Bulgaria, yang tidak berbatasan dengan Ukraina telah menerima ribuan pengungsi, telah setuju untuk menjadi tuan rumah kontingen baru pasukan NATO sebagai bagian dari dorongan aliansi untuk memperkuat sayap timurnya.

Sementara itu, pengunjuk rasa berkumpul di sebuah taman dekat Kementerian Pertahanan Bulgaria saat keduanya melakukan pembicaraan.

Baca Juga: Aneh! Fariq Hitaba Ganjar Robert Alberts Kartu Kuning di Laga Persib kontra Persebaya, Ada Apa?

Dikelilingi oleh polisi, mereka meneriakkan dan mengangkat spanduk, sementara beberapa mengibarkan bendera Bulgaria dan Rusia.

Seorang pejabat senior China pada hari Sabtu menyalahkan NATO atas serangan Rusia di Ukraina dan mengkritik sanksi barat terhadap Moskow.

Wakil Menteri Luar Negeri China Le Yucheng mengatakan akar penyebab perang di Ukraina terletak pada mentalitas politik kekuasaan perang dingin.

Yucheng memperingatkan bahwa jika perluasan NATO melangkah lebih jauh, itu akan mendekati 'pinggiran Moskow' di mana sebuah rudal bisa menghantam Kremlin dalam waktu tujuh atau delapan menit.

Baca Juga: Ricky Kambuaya Buyarkan Misi Balas Dendam Persib Bandung, Robert Alberts Respon Permainan Skuat Aji Santoso

"Mendorong sebuah negara besar, terutama tenaga nuklir, ke sudut akan menimbulkan dampak yang terlalu mengerikan untuk dipikirkan," katanya dikutip dari Washington Times.

Yucheng juga mengatakan NATO bseharusnya sudah diasingkan ke sejarah bersama Pakta Warsawa.

“Alih-alih bubar, NATO terus memperkuat, memperluas, dan melakukan intervensi militer di negara-negara seperti Yugoslavia, Irak, Suriah, dan Afghanistan,” katanya.

Menurut Yucheng, setiap orang dapat mengantisipasi dengan baik konsekuensi dari jalan ini dan krisis di Ukraina adalah peringatan keras.

Baca Juga: Ramalan Zodiak Hari Ini, 20 Maret 2022 untuk Libra, Scorpio, Sagitarius, Capricorn, Aquarius dan Pisces

Beijing belum secara terbuka membela atau mengutuk invasi Rusia ke Ukraina. 

Pers resmi China sebagian besar telah menerima pandangan Rusia tentang konflik tersebut, dengan mengatakan bahwa kebijakan ekspansionis NATO di Eropa timur adalah akar penyebab pertarungan tersebut.

Para pejabat di Washington semakin khawatir jika Beijing memenuhi permintaan Moskow berupa dukungan ekonomi dan militer untuk invasinya di Ukraina.

Presiden Amerika, Joe Biden bahkan memperingatkan Presiden China, Xi Jinping tentang konsekuensi jika Beijing memberikan dukungan material untuk Rusia.***

Editor: Gunawan Bahruddin

Sumber: Euro News Washington Times


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x