Ali Adibusi bahkan mengatakan eksekusi ini adalah kebalikan dari keadilan.
Eksekusi massal terakhir terjadi pada Januari 2016, ketika kerajaan mengeksekusi 47 orang, termasuk seorang ulama Syiah, oposisi yang menggalang demonstrasi di kerajaan.
Pada 2019, kerajaan memenggal 37 warga Saudi, kebanyakan dari mereka minoritas Syiah karena dugaan kejahatan terkait terorisme.
Mereka yang telah dieksekusi, tubuh dan kepala yang terpenggal akan dipaku di sebuah tiang sebagai peringatan bagi orang lain.
Baca Juga: Tekan Bali United, Persib Bandung Termotivasi Kalahkan Madura United
Penyaliban seperti itu setelah eksekusi meskipun jarang, tetapi memang terjadi di kerajaan.
Kaum Syiah, yang tinggal terutama di bagian timur kerajaan telah lama mengeluh diperlakukan sebagai warga negara kelas dua.
Eksekusi terhadap kaum Syiah di masa lalu telah memicu kerusuhan regional.
Sementara itu, Arab Saudi tetap terlibat dalam pembicaraan diplomatik dengan negara Syiah, Iran untuk mencoba meredakan ketegangan selama bertahun-tahun.***