Dalam kerjasama ini Indonesia harus menyiapkan anggaran sekitar 1,14 miliar dolar AS atau setara Rp16 triliun pada saat itu.
Salah satu faktor yang dimaksud sebagai penghambat yakni imbal dagang kedua negara yang masih belum selesai.
"Sudah selesai pembahasannya, itu kan G to G yang belum imbal dagangnya," ujar Ryamizard Ryacudu, dikutip dari Antara, 11 Agustus 2018.
"Tidak ada masalah, semua sudah tuntas. Kontrak sudah ditandatangani. Imbal belinya yang belum," tambahnya.
Seperti yang disebutkan di awal, permasalan lain yang menghambat Indonesia memiliki Su-35 adalah ancaman sanksi AS.
Jika Indonesia jadi membeli Su-35, itu merupakan tanda bahaya buat Amerika, menurut Richard Aboulafia, wakil presiden analisis di Teal Group.
Rusia sebenarnya telah memprediksi hal ini akan terjadi. Melalui juru bicara Biro Federal untuk Kerjasama Teknis-Militer Valeria Reshetnikova, mengatakan jika pengadaan Su-35 oleh Indonesia akan jadi perhatian AS.***