Network
JURNAL PALOPO- Usai kasus kekerasan yang sempat viral terjadi pada salah satu gadis di Korea, kini bocah 10 tahun juga harus meregang nyawa ditangan bibinya sendiri.
Kasus naas yang mengakibatkan hilangnya nyawa gadis 10 tahun tersebut, terjadi beberapa bulan yang lalu dengan sangat tragis dimana sang bibi dan paman sendiri menjadi otak dalam kasus tersebut.
Sang bibi dengan tega membunuh ponakannya sendiri dengan cara dilecehkan, dipaksa memakan kotoran anjing, hingga pada puncaknya, dimana bocah tersebut di cemplunkan ke dalam air dengan tangan, dan kaki di ikat.
Baca Juga: Viral, Surat Perjanjian Cinta Sepasang Kekasih Bermaterai 6.000
Pada persidangan pertama yang berlangsung pada 8 Juni 2021 di Pengadilan Distrik Suwon, bibi dan pamannya dilaporkan memiliki 22 video di ponsel mereka, berisi tentang pelecehan yang mereka proyeksikan ke anak itu.
Sebelumnya mereka telah menghapus video dari ponsel mereka,namun tim forensik digital dapat memulihkannya, yang kemudian digunakan sebagai bukti. Dilaporkan bahwa 14 dari 22 video dibagikan ke pengadilan pada sidang pertama.
Selain rekaman, video lain menampilkan banyak contoh pelecehan terhadap anak tersebut, termasuk satu video tertentu yang dilaporkan menunjukkan anak itu berdiri telanjang di luar di tengah musim dingin.
Baca Juga: Viral! Perempuan Asal Bangladesh Disiksa Secara Seksual Lima Orang
Selama persidangan pertama, penuntut berbagi dengan pengadilan bahwa selama otopsi, anak berusia 10 tahun itu dipenuhi memar di bahu kanan, paha, dan wajahnya.
Ketika penuntut membagikan lebih banyak rekaman video sebagai bukti, penonton ruang sidang dilaporkan menangis, menuntut hukuman mati bagi pasangan itu.
Bahkan Netizen Korea juga mengungkapkan kemarahan dan patah hati mereka, karena mereka menuntut keadilan untuk gadis berusia 10 tahun dan kematiannya yang tragis.
Baca Juga: Viral! Pria Bentak Pengendara Mobil Terios Justru Disaluti Warganet, Ini Faktanya
Sidang kedua untuk kasus kekerasan ini sendiri akan kembali dilaksanakan pada 1 Juli mendatang, yang kemungkinan adanya bukti baru hingga putusan hukuman dari pengadilan.***
