Sehabis acara berbuka ,shalat maghrib dan bersantai ria, Aldy dan adik bungsunya kembali ke jalan mereka sebelumnya menyusuri eskalator.
Anehnya, saat turun, papan penunjuk yang mereka lihat urutannya berbeda dari semula.
Lantai dibawah food court semua sign board nya menjadi middle floor atau lantai dua, dan tidak ada eskalator mati di lantai tersebut.
Rupanya mall tersebut menggunakan kode penomoran lantai seperti berikut:
- Ground floor/ area parkir dasar (di bawah tanah) alias lantai nol
- Basement floor/ lantai dasar (yang mereka hitung sebagai lantai 1)
- Upper floor/ lantai 1 (yang mereka hitung lantai 2)
- Middle floor/ lantai 2 (yang mereka hitung lantai 3)
-Top floor/ food court (ini yang mereka hitung sebagai lantai 4)
Jadi kemanakah hilangnya lantai tiga tempat eskalator mati? dan tempat apakah sebenarnya lantai 4 yang serba gelap, sepi, sunyi tersebut?
Sampai sekarang Aldy masih sering singgah ke mall tersebut, namun lantai yang hilang tak pernah muncul kembali.
Pada akhirnya Aldy baru mengetahui rupanya si pemilik mall sangat percaya kutukan angka empat dalam tradisi China/Jepang.
Dalam tradisi tersebut angka 4 dibaca si/ shi, sama lafalnya dengan kata 'mati' sehingga penamaan lantai nya dibuat sedemikian rupa agar tak ada lantai 4.***