JURNAL PALOPO- Pecinta Tokyo Revengers, tak asing bukan dengan Terano South, ketuang geng Rokuhara Tandai.
Karakter ini muncul, dalam Tokyo Revengers di era berandalan tiga Dewa menguasai Tokyo. Brahman, Kanto Manji hingga Rokuhara Tandai.
Rokuhara Tandai milik Terano South adalah pemicu perang tiga dewa, yang pecah lebih cepat dalam Tokyo Revengers.
Baca Juga: Manga Tokyo Revengers Chapter 225: Ini Alasan Perang Era 3 Dewa Pecah
Pada Chapter 226, Terano South berhadapan dengan duo legendaris Black Dragon, Wakasa dan juga Benkei.
Wakasa dan Benkei adalah generasi pertama, dari dan duo tak terkuat selama sejarah Black Dragon.
Namun tak banyak yang tahu, kisah Terrano Sousa sejak dirinya masih kecil, hingga saat ini yang berhasil mendirikan Rokuhara Tandai.
Kali ini Jurnal Palopo, akan mengulas dalam siapa sosok Terrano Sousa, dikutip dari channel Youtube Diskusi Manga.
Baca Juga: Spoiler Manga Tokyo Revengers Chapter 241, Kejahatan Mickey dan Haruchiyo Ulah Senju
Terrano bocah, yang hidup di daerah keras dan padat penduduk di Brazil, tepatnya wilayah Rio.
Namun pada saat itu dia hidup di daerah yang begitu kumuh, dan bernama Terrano Minami, bersama seorang ibu yang terbaring sakit di kasur.
Terrano hanya bermain piano tua, sebagai hiburan dan selalu ia mainkan di samping ibu.
Dalam kehidupan Terrano Minami, terdapat sosok Dino yang selalu merawat ibunya dan mengajarkan cara bertahan hidup di Favelas.
Favelas sebutan dari wilayah kumuh di Brazil, dan merupakan sarang berandalan serta obat-obatan terlarang.
Meski Dino baik dan ramah pada ibu Terrano, namun dia merupakan aktor dibalik kekerasan yang dijalani.
Saat itu Terano South masih berumur 5 tahun, dan dia sukses membunuh semua musuh dari Dino.
Sejak saat itu, Dino mengganti nama Terano Minami menjadi Terano South.
Baca Juga: Teori Manga Tokyo Revengers, Menguak Misteri Keberadaan Koko di Rumah Sakit, Black Dragon Bangkit?
Dengan uang yang diberikan oleh Dino, Terano beli sepatu dan belajar memanfaatkan kekerasan untuk mencari uang.
Perjalanan Terano South dimulai, dari anak yang bermain piano kini main dengan nyawa manusia.***